• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGGUNAAN MODALITAS BEKI DA, KOTO DA DAN HOU GA II DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG 日本語のモダリティ「べきだ」、「ことだ」、「ほうがいい」の用法分析 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGGUNAAN MODALITAS BEKI DA, KOTO DA DAN HOU GA II DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG 日本語のモダリティ「べきだ」、「ことだ」、「ほうがいい」の用法分析 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang

Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau komunikasi. Apa yang terdapat pada komunikasi tersebut terdapat makna yang ingin disampaikan. Makna tersebut tidak akan mudah tersampaikan apabila tidak menggunakan sarana tertentu yaitu bahasa. Bahasa yang digunakan dalam masyarakat pun beragam. Hal itu disebabkan karena kebudayaan yang berbeda pada masyarakat dan penggunaannya dalam berbagai macam keperluan (Abdul Chaer, 2003: 61).

Setiap bahasa memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh masyarakat lain. Salah satu contoh adalah bahasa Jepang. Bahasa Jepang yang merupakan bahasa kedua, memiliki keunikan yang acapkali menyulitkan pembelajar pada saat menggunakan bahasa tersebut. Kesulitan yang sering dihadapi pembelajar adalah mengenai kosakata, kaidah bahasa, dan penggunaan kosakata, sehingga menghambat proses pembelajaran. Sebagai contoh adalah modalitas. Modalitas dalam bahasa Jepang disebut dengan modariti/ muudo.

Miyajima dan Nitta (1995: 33) menyatakan bahwa:

モダリティ 発話時 話し手 立場 し 命題 対す 把握 し

方 び そ い 話し手 発話. 伝 的態度 あ 方 表し

(2)

“Modalitasmerupakan kategori gramatikal yang digunakan pembicara mengenai proposisi dan menyatakan sikap yang seharusnya ditunjukkan oleh pembicara terhadap proposisi tersebut.”

Pendapat mengenai pengklasifikasian modalitas berbeda-beda, dan berbeda juga istilah-istilah yang digunakan oleh para peneliti. Namun Moriyama dan Adachi dalam Inoue Masaru (2006 : 134) menjabarkan pengklasifikasian modalitas menjadi dua, yaitu:

(1) 命題内容 対す 話し手 判断 あ 方 表す

(2) 聞 手 対す 発話態度. 伝 態度 表す

Pertama, modalitas yang menunjukkan pertimbangan pembicara terhadap isi proposisi. Kedua, modalitas yang menunjukkan sikap ujaran, sikap berkomunikasi pembicara terhadap lawan bicara.”

Modalitas yang menunjukkan pertimbangan pembicara terhadap isi proposisi digolongkan menjadi dua, yaitu modalitas epistemik dan deontik, yang keduanya terbagi lagi menjadi sepuluh, yaitu : kakugen (kepastian), suiryou

(dugaan), gaizensei handan (probabilitas), shoukosei handan (pembuktian),

touzensei handan (kewajaran), denbun (berita), setsumei (penjelasan), tekitou

(ketepatan), hitsuyou (perlu), dan younin/ hiyounin (izin/ tanpa izin). Sementara itu, modalitas yang menunjukkan sikap ujaran, sikap berkomunikasi pembicara terhadap lawan bicara digolongkan sebagai berikut: nobetate (pernyataan), hyoushutsu (ekspresi), hatarakikake (ajakan), gimon/ toikake/ kakunin

(pertanyaan/ penegasan), kyouchou (penekanan), dan lain-lain (Inoue Masaru, 2006: 134).

(3)

Pada penelitian ini penulis akan mengkaji modalitas „keperluan‟ (hitsuyou),

“Untuk menjadi penerjemah, seharusnya belajar bahasa Jepang dengan sungguh-sungguh.”

“Untuk menjadi penerjemah, sebaiknya belajar bahasa Jepang dengan sungguh-sungguh.”

“Untuk menjadi penerjemah, sebaiknya belajar bahasa Jepang dengan sungguh-sungguh.”

Pada contoh kalimat (1), beki da menempel pada verba benkyousuru yang artinya „belajar‟. Kalimat di atas mengungkapkan perasaan pembicara bahwa hal yang

(4)

sungguh-sungguh. Ketiga kalimat di atas menyatakan sikap pembicara mengenai hal yang perlu dilakukan untuk menjadi penerjemah, yaitu belajar. Dibandingkan dengan

koto da dan hou ga ii, beki da lebih memiliki kesan memaksa. Sebagai tambahan, verba yang melekat pada beki da dan koto da merupakan verba hikakokei (verba non lampau). Sedangkan hou ga ii dilekati verba kakokei (verba bentuk lampau).

Beki da, koto da dan hou ga ii memiliki makna yang serupa karena sama-sama termasuk modalitas yang menyatakan saran, hanya saja saran yang dinyatakan dengan beki da, dan hou ga ii memiliki kemiripan pada tindakan lawan bicara, di mana lawan bicara memiliki hak untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan yang diharapkan oleh pembicara (Iori Isao, 2001: 222). Sementara saran yang dinyatakan koto da dan hou ga ii memiliki kemiripan bahwa tindakan yang diharapkan pembicara perlu atau penting dilakukan oleh lawan bicara (Nitta, 2003:104, 112). Pada dasarnya, baik beki da, koto da maupun

hou ga ii menyatakan tepat atau tidaknya suatu tindakan, suatu tindakan yang diharapkan atau yang perlu dilakukan (Masuoka dan Takubo, 1992: 122). Ketiganya jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu sebaiknya dan

seharusnya. Dalam kamus KBBI (2008: 119), kata sebaiknya memiliki arti „sepatutnya, sepantasnya‟, dan kata seharusnya dalam kamus KBBI (2008: 119) memiliki arti „sepatutnya, semestinya, sepantasnya‟. Kata seharusnya dan

(5)

yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain.” Meskipun maknanya memang terlihat sama dan pada konteks tertentu dapat disubstitusikan dengan kalimat yang sama, namun ada kalanya tidak dapat bersubsitusi. Hal itu disebabkan adanya gradasi „paksaan‟pada beki da, sedangkan koto da dan hou ga ii hanya saran yang bersifat lemah, boleh dilakukan, boleh tidak.

Contoh :

“Kalau Anda melakukan kejahatan, bagaimanapun caranya harus ditebus”.

Beki da pada kalimat (4) jika disubstitusikan dengan koto da dan hou ga ii akan

“Kalau Anda melakukan kejahatan, bagaimanapun caranya sebaiknya ditebus.”

(6)

Beki da pada kalimat (4) menempel pada verba tsugunauyang artinya „menebus‟.

Kalimat di atas menunjukkan sikap pembicara bahwa kejahatan merupakan hal yang harus dipertanggungjawabkan dan tidak ada toleransi bagi yang melakukannya. Dengan kata lain tsugunau yang dilekati oleh beki da

menunjukkan makna saran yang bersifat moral dan sosial (Iori, dkk, 2001: 223). Segi moral dan sosial yang ditunjukkan oleh pembicara bahwa perbuatan yang telah dilakukan lawan bicara merupakan perbuatan yang menyimpang dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan beki da pada kalimat (4) disubstitusikan dengan koto da dan hou ga ii seperti yang terlihat pada kalimat (5) dan (6), karena baik koto da maupun hou ga ii merupakan saran yang bersifat lemah, sehingga kalimat (4) tidak bisa disubstitusikan apabila diaplikasikan pada kalimat (5) dan (6). Selain itu, keduanya juga menunjukkan pertimbangan pribadi dari pembicara. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Miyajima dan Nitta, dkk (1995: 258) mengenai koto da sebagai berikut:

コトダ 聞 手 忠告す 場合 く用い 言い換え 聞

手 悪い状況 ま い 陥 い そ 行為 実行

必要 重要 いう話し手 判断 示す場合 あ

Koto da sering digunakan pada saat memberi saran atau nasehat kepada lawan bicara. Dengan kata lain, koto da digunakan untuk menunjukkan pertimbangan pembicara mengenai apa yang perlu, penting dilakukan oleh lawan bicara agar tidak mengalami atau agar tidak berada dalam situasi yang buruk.”

Begitu juga dengan kalimat (6), tidak bisa disubstitusikan dengan hou ga ii. Pada dasarnya, beki da lebih condong pada hal-hal yang bersifat moral dan sosial, dan

(7)

ほう いい いえ 現実面. 実際面 べ 倫理

面や 徳面 基準 置く傾向 あ ます

Hou ga ii cenderung meletakkan dasarnya pada hal-hal yang realistis atau fakta, sedangkan beki da cenderung meletakkan dasarnya pada hal-hal yang bersifat moral dan sosial.”

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa modalitas beki da, koto da

dan hou ga ii memiliki makna yang sama, namun nuansa dan konteks yang digunakan berbeda. Karena jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ketiga modalitas tersebut memiliki makna yang sama, yaitu sebaiknya dan seharusnya.

Maka hal inilah yang menyulitkan pembelajar bahasa Jepang untuk menggunakan modalitas tersebut.

Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, penulis akan melakukan penelitian mengenai “ANALISIS PENGGUNAAN MODALITAS BEKI DA,

KOTO DA, DAN BEKI DA DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG .“

Penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat luas dan bagi pembelajar bahasa Jepang serta dapat memberikan sumbangan dalam pendidikan bahasa Jepang di Indonesia.

1.1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah disebutkan di atas, masalah yang akan penulis teliti adalah sebagai berikut:

(8)

2. Bagaimana penggunaan modalitas beki da, koto da dan hou ga ii dalam konteks kalimat bahasa Jepang?

1.2. Tujuan

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui makna modalitas beki da, koto da dan hou ga ii dalam kalimat bahasa Jepang.

2. Untuk mengetahui penggunaan pada modalitas beki da, koto da dan hou ga ii dalam kalimat bahasa Jepang.

1.3. Ruang Lingkup

Modalitas beki da, koto da dan hou ga ii apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya sama, yaitu seharusnya dan sebaiknya. Pada penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup hanya pada semantik dan sintaksis. Pada ranah semantik, penulis meneliti makna yang terkandung dalam modalitas beki da, koto da dan hou ga ii, sedangkan pada sintaksis lebih fokus kepada struktur gramatikalnya, baik pada kalimat tunggal maupun kalimat majemuk.

(9)

1.4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomen yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti adanya (Sudaryanto, 1986: 62). Berikut langkah-langkah yang akan digunakan:

a. Metode Penyediaan Data

Metode yang akan digunakan dalam penyediaan data adalah metode kepustakaan atau research library, yaitu mencari dan mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan di dalam buku-buku yang relevan. Oleh karena itu, penulis memilih penyediaan data mengenai penggunaan modalitas beki da, koto da dan hou ga ii dari data primer dan data sekunder. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penyediaan data ini adalah sebagai berikut:

1. mencari dan mengumpulkan kalimat-kalimat yang menggunakan modalitas

beki da, koto da dan hou ga ii dalam sumber-sumber data.

2. mencatat dalam kartu-kartu data dengan cara mengklasifikasikan sumber-sumber data yang menggunakan modalitas beki da, koto da dan hou ga ii. Teknik ini disebut dengan teknik catat (Sudaryanto, 1986: 33).

b. Metode Analisis Data

(10)

bersangkutan (Sudaryanto, 15: 1993). Selanjutnya, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan dan makna dari modalitas beki da, koto da dan hou ga ii, penulis menggunakan teknik ganti dalam menganalisis data. Sudaryanto (1993: 48), menyatakan bahwa teknik ganti digunakan untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti atau unsur ginanti dengan unsur pengganti, khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti atau tataran ginanti. Pada pelaksanaannya, penulis akan membandingkan modalitas beki da, koto da dan hou ga ii dalam satu kalimat yang sama. Gunanya untuk mengetahui apakah ketiga modalitas tersebut dapat bersubstitusi. Setelah itu, menyajikan kalimat yang benar dan kalimat yang salah untuk mencari persamaan dan perbedaannya. Dengan teknik ganti ini dapat diketahui mengapa modalitas

beki da, koto da dan hou ga ii bisa digunakan dalam kalimat yang sama, atau hanya bisa digunakan pada konteks kalimat tertentu saja.

c. Metode Penyajian Hasil Analisis

Pada penelitian ini penulis akan menyajikan hasil analisis data melalui dua cara, yaitu perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis (informal) (Sudaryanto, 1993: 145).

1.5. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis

(11)

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baru bagi perkembangan dunia pendidikan bahasa Jepang guna menghindari atau meminimalisasi kesalahan yang sering terjadi dalam penggunaan modalitas.

1.6. Sistematika Bab 1

Pada bab pendahuluan ini akan dibahas tentang latar belakang penulisan, permasalahan, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penelitian, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab 2

Merupakan tinjauan pustaka dan kerangka teori. Pada tinjauan pustaka akan dibahas tentang tinjauan pustaka yang menjadi acuan pada penelitian ini yang berisi tentang penelitian terdahulu, teori yang berkaitan dengan semantik dan sintaksis. Dan pada bab ini juga terdapat kerangka teori yang digunakan oleh penulis berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca oleh penulis.

Bab 3

Merupakan pemaparan hasil dan pembahasan. Pada bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian yang didapat dari analisis penggunaan modalitas beki da, koto da

(12)

Bab 4

Referensi

Dokumen terkait

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan REKSA DANA PREMIER PASAR UANG II yang telah lengkap sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi

Pada saat proses kegiatan belajar mengajar memperlihatkan sesuatu yang kurang baik seperti ketidakpuasan untuk mencoba dan menemukan sendiri suatu konsep dan

A nemek szerinti összevetés során szignifikáns különbséget találtunk a nők és a férfiak között (p<0,001; a nyaki szakaszra vonatkozó adatokat az

Tabel 5 menunjukkan usahatani ubi kayu di Kabupaten Lampung Tengah lebih kompetitif dan mampu bersaing dengan usahatani jagung pada produktivitas minimal 34.567 umbi kg/ha dan

Gagasan penguatan kewenangan Tim Pengawal dan Pengamanan Pemerintahan dan Pembangunan Kejaksaan Republik Indonesia dikaitkan dengan upaya pencegahan tindak pidana

1) Serangan Iskemik Transien (Transient ischemic attack, TIA), terkadang disebut stroke kecil karena periode iskemik singkat, terlokalisasi dan secara klinis kembali

Dengan demikian, filsafat ordinary language oleh Wittgenstein lebih menekankan pada aspek pragmatik bahasa, yaitu bagaimana penggunaan suatu istilah atau ungkapan